Lembaga Bahasa Arab (LBA) adalah aset pesantren yang kali pertama hadir sebagai kegiatan ekstra Pondok Pesantren Nurut Taqwa pada tahun 2004 dan eksis hingga sekarang menjadikan lembaga ini memiliki banyak alumni. Atas dasar ikatan emosional dan solidaritas kelembagaan, beberapa alumni LBA menggelar acara temu alumni dan sharing pengalaman yang bertempat di ruang madrasah pada Sabtu (4/8) malam hari.
Hadir sebagai alumni dan fasilitator antara lain Abuzairi, S.Kom, Abd. Muis, S.Pd, Anwari Nuril Huda, S.Sos.I dan Ust. Sutiarno. Sebagai anggota LBA angkatan pertama, Abuzairi menceritakan antusiasme santri tempo dulu yang berbondong-bondong menjadi anggota LBA. Menurutnya, hanya berselang beberapa bulan pasca berdirinya LBA salah seorang anggota telah sukses menyabet juara satu di ajang kompetisi Bahasa Arab tingkat kabupaten. Lulusan STT Nurul Jadid tersebut juga menambahkan bahwa saat ini nurut taqwa surplus guru Bahasa Arab yang semuanya siap memfasilitasi LBA. “Kita memiliki banyak guru yang mampu mengajar Bahasa Arab dengan baik, yang penting kalian terus semangat dan tekun belajar” imbuhnya.
Sementara Abd. Muis menceritakan pengalamannya saat nyantri di Pondok Pesantren Sidogiri. Berbekal ilmu agama dan penguasaan Bahasa Arab dari Pesantren Nurut Taqwa, dirinya mengaku tidak mengalami kesulitan berarti di pesantren keduanya. “Di Sidogiri saya juga ikut Lembaga Bahasa Arab. Semuanya sama dengan apa yang saya pelajari di pesantren ini (PP Nurut Taqwa red.), hanya kursus dan praktiknya yang jauh lebih intens” kenangnya. “Dalam percakapan sehari-hari, gunakan bahasa Arab sebisanya; jika kalian tahu Ana-Ente, gunakan ana-ente. Dan begitu seterusnya” tambahnya.
Sharing pengalaman juga disampaikan oleh Anwari Nuril Huda. Ia sangat bersyukur sempat belajar Bahasa Arab semasa nyantri di Nurut Taqwa sehingga ia merasa sangat terbantu saat menempuh pendidikan di UIN Sunan Ampel Surabaya maupun di kampusnya kini, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. “Buang rasa malu dan khawatir salah ketika berbicara dengan Bahasa Arab. Salah itu biasa, namanya juga belajar, yang penting habis salah kita perbaiki. Sangat mudah” sarannya.
Sebelum beranjak pada sesi diskusi dan tanya jawab, Ustaz Sutiarno juga menyampaikan pengalaman dan motivasinya. Ia sukses membuat terperangah anggota LBA pesantren. Pasalnya suami muda yang dikenal sebagai supir, khadam dan aktif mendampingi keluarga pesantren turun ke masyarakat langsung berbahasa Arab sejak pertama kali berbicara. Ia menuturkan bahwa belajar Bahasa Arab harus dijalani dengan sungguh-sungguh dan semangat yang membaja demi hasil yang maksimal.
Pada sesi terakhir berhasil diputuskan beberapa kesepakatan di antaranya adalah jadwal kursus: Senin (gramatika Bahasa Arab) Ust. Abdul Muis, Kamis (Muhadtsah) Ust. Sutiarno dan Sabtu (Mufradat) Ust. Abuzairi. Agenda dilanjut dengan kegiatan masak dan makan bersama di depan gedung ITC dan berakhir pukul 00:13 WIB. (anwari)