HIKAYAT MUSIM I
Setelah bermukim di September
Aku mulai menghuni Oktober
Rombongan hujan semalam
Sudah cukup menentramkan
Menemani sunyi mempersembahkan lagu-lagu kesayangan
Di langit hitam
Bulan dan bintang di telan malam
Nafasmu terdengar dari jauh
Semakin tunas semakin bernafas
Menjadi rindu menulis wajah waktu
Sangat mesra
Seperti kecilku dalam dekapan ibu
Aku masih menunggu
Barangkali ada takdir bertemu
Seperti cahaya tiba-tiba saja memotret tanah
Dengan wajah samudra
Sebelum pada akhirnya surut menjelma danau danau
Mengubur dahaga kemarau
Menghibur risau mematahkan jarum dan pisau
Menghampar kembali halaman hijau
Memandang diri sendiri
Bukan lagi kelapa yang baru dipetik dari tangkainya
Tapi ampas ampas yang sudah diambil santannya
Kubuka pintu
Langit menghampar pagi
Gerimis tipis patah dari kelopaknya
Matahari belum bangun dan tersenyum
Entah musim apa hari ini
Kudengar para santri menghidupkan hati
Membacakan bait nadzam nadzam suci
Sambil menanti waktu mengaji
Mesin bergemuruh
Bersama sejumlah kaki berlala lalang memaknai waktu
Kusapu sampah sampah di halaman
Yang mengotori dan memucatkan usia
Kubersihkan sarang laba laba di rumah
Dengan istighfar dan doa
Kucari matahari
Dalam diri sendiri yang bersesuci
Mewudukkan perih dan sunyi
Setelah tak perawan
sehabis mengelar perselingkuhan
Dengan gelap syahwat peradaban
Hadast dan mutanajis semakin semakin rindang
Burung dan ayam membawa tawakkal
Bertebaran mematuk matuk riski
Menghaturkar guru sambil menasehati
10 Oktober 2016
HIKAYAT MUSIM II
Setelah tanah basah air langit
Akar sumringah sembuh dari sakit
Matahari mulai bersegera
Menyantuni cahaya memandikan tanah
Air dan matahari
Sumber nafas dan tunas
Aku menahan sepasang kelopak lelah
Melepas pelan-pelan memadamkan nyalanya
Daun-daun berdansa
Digerakkan angin yang singgah
Kutemukan alamat-alamat dan bekal perjalanan
Di madrasah kehidupan
Kadang ada guru tak disangka
Tanpa papan tanpa tulisan
Mengajar murid mengenal alamat dan peta
Sebelum akhirnya menempuh arah
Agar selamat tanpa tersesat
“Saya budak bagi manusia
Yang mengajarkan ilmu walau se huruf saja!” tutur Sayyidina Ali pintu ilmu Nabi
Senja pulang
matahari bercadar dedaunan
Karam di tenggorokan bebukitan
Kulihat langit memakai batik awan
Warna putih, biru, dan kelabu
Sebelum akhirnya menutup muka dengan gulita
Aku menunggu kepastian jawaban
Setelah perjanjian menemukan keputusan
Kafilah pena menerjemah pikiran dan perasaan
Merasakan, merenungkan, dan sambil menulis kepekaan
Dari rumah suci
Dzikir dzikir menjadi suasana
Menunggu kafilah dan khalifah
Berjamaah menyerahkan keningnya
Hanyut meletakkan kepasraan sujud
Aku terbawa pada petuah wajah lama
Memutar cerita cinta
Ada yang bertepuk sepasang tangan
Ada yang menepuk dada setelah bertepuk tangan sebelah
Aku diantara pagelaran
Menyaksikan perempuan gemulai menari
Mengikuti nyanyian hiasan mimpi
Ada hati terjatuh
Terdiam menemukan hiburan rindu
Gadis desa masih belia sudah pandai mandi ke hulu
Dinobatkan menjadi bunga desa
Seorang lelaki tergila-gila
Membuat luka mengukir namanya dengan getah
Takdir memberi keputusan
Ada lengkung janur kuning di halaman
“ Qanaah adalah mencintai yang dimiliki
Bukan memiliki yang dicintai!” tutur akal jernih
10 Oktober 2016
HIKAYAT MUSIM III
Pada hari-hari yang selesai mati
Kubuka kain kafannya
Mayat-mayat hidup kembali dalam sunyi
Mengajak bicara dan membaca
Ada yang membusuk ada yang berserakan tulang belulang
Mulai hancur menyatu dengan tanah
Ada yang masih utuh menerbarkan semerbak bunga
Kutemukan pelajaran
Sambil menelaah kematian
Menyadarkan kehidupan
Biji-biji kembali di tanam sejak pagi
Mengajak petani bergegas mengasuh sawah
di langit dan di bumi
Tiba-tiba
Sehabis maghrib
Menunggu isya’ terbit
Anak kecil menaiki kuda dari kayu
Disampingnya seorang ibu menemani
Sambil mengabsen lembar-lembar beban
Rentenir masih berkeliaran
menyobek bendera kemerdekaan
Suami tercinta subur keringat dan lelahnya
Mencari nafkah ditemani gelisah
Kepala tertindih dan tertusuk berulang-ulang
Setelah lebih besar pasak daripada tiang
Dari kejauhan
Para leluhur berpakaian serba hitam
Mendatangi pemakaman
menurunkan bendera setengah tiang
Menyaksikan pasukan banjir bandang
Menciptakan peti jenazah
Menguburkan mayat-mayat purnama
Ada segerombolan kambing hitam
Saling mengkambing hitam
Setelah cuci tangan di persidangan
Tentang siapa pencuri yang merusak tatanan
Berkali-kali diajak mandi namun menolak lantang
Srigala durhaka memangsa ribuan domba
Memucatkan dada Kitmir menikmati surga
Setelah mengabdi sampai mati
Pada tuannya Ashabul Kahfi
Di media berita
Musim masih basah Jessica dan Mirna
Yang dihakimi memusingkan hakim bijaksana
Bagaimana mengetokkan palunya
Kanjeng Taat Pribadi
Bertelanjang mahkota dan singgasana
Tupai jatuh dari lompatan
Bau busuk tercium setelah disembunyikan
Sampai pada Ahok
Tersandung Surah Al Maidah
Para pemikir sibuk berperang tafsir
Para politisi ramai berkoalisi
Sebelum memastikan dukungan
Pada bendera yang menjanjikan
Jurkam-jurkam memutar lagu lama
Dengan pabrik-pabrik janji kesejahteraan jelata
Sambil mempersiapkan strategi
dan mengatur rencana rapi
Pura pura lupa kembali mengingkari janji
Pahlawan tanpa jasa
Minta imbalan jasa
Turun jalan berteriak teriak
Disaksikan para muridnya yang disadarkan agar bijak
Kulihat ibu pertiwi
Sedang bersusah hati
Siapa yang bernyanyi itu
Sesenggukan pilu?
11 Oktober 2016
HIKAYAT MUSIM IV
Bulan separuh
Menjadi atap menemani tarian madah perindu
Kekasihnya duduk diantara mereka
Entah menangis haru
Atau tersenyum rindu
Namun gagal dilihat tertutupi tebal hijab
Aku merebahkan lelah
sanad rasa mengikat makna
Mendengar kemesraan cinta
Rebana-rebana
Merias kekhusuan
Sejumlah dzikir embun
Menjadi denyut nadi
Arwah-arwah di dalam tanah
Bersilaturrahmi sambil menanti sedekah
Menadah cahaya dermawan
Barangkali dituangkan
Pada wadah yang menantikan
Musafir terdampar
Di sebuah padang yang bersaksi
Tentang sungai darah mengaliri hari
Padang Karbala
Tempat Sayyidina Husain cucu Nabi
Menghatamkan riwayat melihat terbit matahari
Biarkan darah terkubur sejarah
Pedang harus dipatahkan
Dendam harus dijinakkan
Menjadi pengikut yang baik
Harus jadi orang baik
Berhenti melukai diri sendiri
dan mendoakan setulus hati
Diantara bukti berterima kasih
12 Oktober 2016
NURTAUFIK
Pendamping Kegiatan Ektrakurikuler Jurnalistik Bidang Sastra
MA Nurut Taqwa Grujugan Cermee Bondowoso