Kelanjutan dari Edisi Pertama, Tidak banyak catatan tentang kehidupan Nabi di masa mudanya. Beberapa keterangan diantaranya, Nabi pernah melewati momen-momen berikut bersama pamannya,
- Perang Fijar, perang diantara suku Kinanah dan Qays Aylan terjadi sekitar tahun 33 Sebelum Hijriah.
- Perjanjian Fudhul, perjanjian diantara suku Quraisy untuk tidak berbuat jahat kepada siapapun di mekkah kecuali membalas kejahatan mereka.
Sehari-harinya, Nabi merupakan pengembala kambing milik orang Quraisy dengan mendapatkan imbalan untuk membantu kehidupan pamannya, Abu Tholib. Ketika Nabi berusia 25 tahun, untuk kali kedua, beliau kembali ke Syam untuk berniaga. Dalam kesempatan ini, beliau mendapatkan bekal modal dari Sayyidah Khadijah binti Khuwailid, seorang perempuan tajir ternama di Mekkah. Beliau ditemani oleh Maisaroh, seorang pelayan Khadijah.
Bisnis tersebut kembali dengan hasil yang memuaskan, tidak hanya disitu, Maisaroh, pria yang menemani Nabi berdangan bercerita banyak tentang beliau kepada Khadijah tentang kejujuran dan budi pekertinya yang agung hingga Nabi dan Sayyidah Khodijah pun menikah beberapa saat kemudian.
Ketika berusia 35 tahun, Kakbah mengalami pemugaran. Suatu saat, terjadi perselisihan tentang siapa yang berhak untuk meletakkan Hajar Aswad ke tempatnya semula. Ketika perselisihan memuncak, Nabi hadir sebagai penengah dengan solusi, siapa yang mampu berada di Masjidil Haram pertama kali besok, maka ia yang berhak menentukan.
Nabi datang sebagai orang pertama, beliau memutuskan untuk menyiapkan sebuah surban dan meminta pemimpin dari setiap kabilah memegang ujung surban tersebut. Sementara Nabi menjadi orang yang memindahkan Hajar Aswad secara langsung. Semua orang pun merasa puas akan keputusan Nabi, dan menjuluki Nabi sebagai Al-Amin yang artinya dapat dipercaya.