Jauh sebelum Resolusi Jihad dikumandangkan, santri-santri Indonesia memang tidak pernah kehilangan nyali untuk melawan kekuasaan yang dinilai akan merugikan banyak kalangan.
Sebut saja Komite Hijaz, walah sederhana namanya, rombongan kiai di Indonesia tersebut berhasil menaklukkan Raja Ibnu Saud yang dimotori oleh ulama-ulama Wahabi untuk mengurungkan perataan makam Nabi dan para sahabatnya bersama memo lain yang dibawa dari hasil rapat para ulama Jawa dan Madura.
Komite tersebut menjadi cikal bakal berdirinya Nahdlatul Ulama, yang sejarahnya banyak diceritakan kemudian. Wahabi memang masyhur dikenal dengan sikap anti terhadap hal-hal yang berbau khurafat, bid’ah dan takhayyul.
Tulisan sederhana ini didasari pada rasa penasaran penulis dan beberapa obrolan ringan bersama Ustadz Babun Rusydi di kantor MTS NT. Bagaimana bisa makam di Baqi, Ma’la dan Syubaikah begitu sederhana dengan seonggok batu kecil di atasnya, sementara makam-makam di Jawa terlihat sangat besar sisi keramatnya.
Usut punya usut, ditahun berdirinya Komite Hijaz, adalah tahun-tahun diratakannya tanah Hijaz dari segala hal yang berbau kesyirikan. Anggapan beberapa orang mungkin hanya makam, tetapi pernahkah Anda mendapati cerita tentang kisah kecemburuan langit dan bumi hanya karena sebidak makam Nabi yang Allah letakkan di bumi.
Dan pada kenyataanya, jauh sebelum Resolusi Jihad, kaum santri telah berdiri untuk mempelopori kebebasan untuk seluruh dunia.
Ma’la Sebelum Diratakan 
