Dalam rangka merevitalisasi tradisi penguasaan kitab kuning di pesantren, Pondok Pesantren Nurut Taqwa menggelar Halaqah Ilmiah dengan tema “Manfaat Kajian Kitab Kuning di Tengah-tengah Masyarakat Modern” pada Minggu (12/3) di Gedung SMK. Hadir dua narasumber dari Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo: Ust. Khairuddin Habzis, M.H.I dan Ust. Ahmadi Muhammadiyah, M.H.I., M.Pd.I.
Halaqah ini dihadiri oleh semua dewan guru dan para santri dari semua jenjang pendidikan di nurut taqwa; MI, MTs, MA dan SMK. Mereka sudah berkumpul 30 menit sebelum acara dimulai pada pukul 16:00 WIB.
H. Barri Sahlawi Zain, M.S.i dalam sambutannya sebagai ketua yayasan menuturkan bahwa pihak pesantren sangat menyambut baik acara tersebut. “Sebentar lagi kita akan menerima penjelasan eksistensi kitab kuning di tengah-tengah masyarakat modern dan seberapa besar urgensinya” ucapnya agar santri tambah penasaran.
Dua pemateri yang notabene sebagai tim monitaring PPM P2S2 memaparkan posisi dan signifikansi kitab kuning dengan sangat komprehensif. Mereka memberikan analisis grafik pemanfaatan al turats melalui pendekatan historis-ekonomis.
Menurutnya, beberapa ratus tahun silam, kitab kuning –yang ditulis tanpa harkah (tanda baca)– adalah sumber utama pengambilan hukum. Sehingga tidak heran jika masyarakat berlomba-lomba belajar ilmu tata bahasa (grammatical) arab agar mereka mampu membaca kitab kuning (kitab gundul) dengan benar. Tetapi saat ini kita telah banyak menemukan kitab terjemahan, bahkan dengan gadget hanya perlu waktu sekian detik untuk menemukan landasan hukum lengkap dengan terjemahaannya.
Kendati temikian, mempelajari ilmu nahwu dan sharraf sebagai syarat bisa membaca kitab kuning wajib kita jaga dan dilaksanakan. Karena meski banyak kitab-kitab terjemahan baik cetak maupun elektronik, membaca langsung dari sumber aslinya tetap lebih utama serta agar terminimalisir dari ilmu (baca: informasi) hoax.
“Saya sangat bangga di Pondok Pesantren Nurut Taqwa ada Lembaga Bimbingan Membaca Kitab (LBMK). Semoga ini menjadi pertanda bahwa tradisi membaca dan memahami kitab kuning akan terus terjaga, khususnya di pesantren ini” ungkapnya sambil tersenyum. (anh)